Menjelajah Laut Nusantara

Dwi Susanto
Laut Indonesia merupakan satu-satunya penghubung antara Samudra Pasifik bagian tropis dan Samudra Hindia, yang biasa dikenal dengan Arus Lintas Indonesia/Arlindo (Indonesian Throughflow; Gambar 1). Selain itu wilayah Indonesia merupakan pusat konveksi atmosfer (deep atmosphere convection) yang turut menggerakkan sistem sirkulasi iklim dunia (Walker Circulation) yang mempunyai dampak sangat besar bagi kondisi cuaca dan iklim ekstrem di Benua Amerika dan Eropa. Oleh karena itu wilayah kita ideal untuk penelitian laut dan iklim ekstrem global. Keunikan ini membuat banyak peneliti dunia mulai mengkaji proses fisika dan dinamika laut serta iklim di Indonesia serta dampaknya terhadap sirkulasi laut dan iklim dunia. Namun, konsekuensinya wilayah kita juga menjadi rentan terhadap dampak iklim ekstrem seperti ENSO (El Nino Southern Oscillation) dan IOD (Indian Ocean Dipole) yang dampaknya sangat besar dan terhadap berbagai bidang lainnya seperti perikanan, pertanian, lingkungan dan ekosistem, kesehatan, kehutanan, kenaikan permukaan laut, serta perekonomian negara.
Oleh karena itu, Pusat Penelitian Laut Dalam (P2LD) – LIPI (Ambon) bekerja sama dengan University of Maryland (UMD), College Park, USA dan First Institute Oceanography (FIO), China akan melaksanakan ekspedisi laut nusantara pada akhir Juni sampai dengan awal Agustus 2018. Principal investigator dari LIPI dipimpin oleh Dr. Augy Syahailatua (Direktur P2LD), dan Dr. R. Dwi Susanto dari University of Maryland dan Dr. Zexun Wei (FIO). Tujuan ekspedisi laut ini untuk mengukur variabilitas arus lintas Indonesia (ARLINDO/Indonesian throughflow) di Selat Makassar dan Lombok, mengukur variasi upwelling dan mixing di Selatan Pulau Jawa dan Nusa Tenggara Barat, mengukur arus laut di teluk Ambon, serta memonitor kondisi laut di pusat Indian Ocean Dipole (sebelah Selatan Selat Sunda). Rangkaian peralatan oseanografi (mooring) akan diletakan di wilayah tersebut selama paling tidak satu tahun. Ekspedisi laut ini tidak hanya melibatkan peneliti dari LIPI, melainkan juga peneliti dari berbagai lembaga riset dan universitas yang tergabung dalam konsorsium samudera.
Gambar 1. Jalur arus lintas Indonesia (Arlindo) dan besar debit arus dalam satuan (Sverdrup, 1 Sv = juta meter kubik per-detik). Air dari Samudra Pasifik sebagian besar masuk melalui Selat Makassar, Lifamatola dan Selat Karimata. Sedangkan jalur keluar ke Samudra Hindia adalah Timor Passage, selat Ombai dan Lombok, serta selat-selat sepanjang Nusa Tenggara dan Selat Sunda (Gambar reproduksi dari publikasi Susanto et al., 2016).
